Related Post: Lima Ayat Al-Quran yang patut Direnungi sebelum Berpisah dengan Ramadan

MAJELISILMU.COM – Berikut ini Naskah Khutbah Jumat oleh: Ustadz Luqmanul Hakim Sudahnan, Lc. MA. dari Departemen Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar, pada 7 Syawal 1444 H/28 April 2023 M

KHUTBAH PERTAMA

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ

فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه

اللهم صلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً

وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ

فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ،  وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا

وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

أَيُّهَا النَّاسُ رَحِمَكُمُ اللهُ

 

Diantara bentuk  rahmat Allah kepada para hamba-Nya adalah dengan menyediakan musim-musim kebaikan bagi mereka, musim-musim dilipat gandakannya pahala amalan, musim dicurahkannya rahmat Allah Azza wa Jalla, musim disyariatkannya amalan-amalan kebaikan, musim dibukanya pintu surga selebar-lebarnya dan ditutupnya pintu neraka serapat-rapatnya, tidaklah berlalu satu musim kebaikan, kecuali akan berganti dengan musim-musim kebaikan yang lainnya, diantara musim-musim kebaikan itu adalah bulan Ramadan yang mulia, bulan yang baru berlalu dari hadapan kita beberapa hari yang lalu.

Kendati bulan tersebut telah berlalu, namun sejatinya tugas dan kewajiban penghambaan kita kepada Allah Azza wa Jalla tidak berhenti dengan berlalunya bulan Ramadan, bahkan kewajiban itu terus berlangsung selama ajal belum menjemput.

Allah SWT berfirman,

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

 

Artinya:

“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kematian kepadamu”. QS. Al-Hijr : 99.

Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya Allah tidak menjadikan bagi amalan orang mukmin batasan kecuali kematian.”

Oleh karena itu, seorang alumni Ramadan sejati, tidak akan berhenti untuk beribadah kepada Allah dengan berlalunya bulan yang mulia ini, namun justru berusaha untuk melestarikan ibadah-ibadah yang biasa dilaksanakannya di dalam bulan Ramadan sesuai dengan kemampuannya, dan Allah azza wajalla juga memerintahkan kepada kaum muslimin untuk mencari aktifitas yang lain usai menyempurnakan satu aktifitas.

Allah SWT berfirman,

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ

Artinya:

“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).” QS. al-Dhuha : 7.

Dalam ayat ini, Allah azza wajalla memerintahkan kaum muslimin untuk berpindah kepada kesibukan dan aktifitas yang lain yang bersifat duniawi maupun ukhrawi usai menyelesaikan suatu aktifitas, sehingga mereka berpindah dari satu ibadah kepada ibadah yang lain dan beralih dari satu aktifitas yang bermanfaat kepada aktifitas yang bermanfaat yang lainnya.

Dan syariat ini juga memberikan sarana agar alumni Ramadan tetap berada diatas performa ibadah yang stabil, sehingga kendati bulan Ramadan telah usai dan berlalu, namun datang bulan-bulan yang lainnya dengan keutamaan dan perintah ibadah yang lainnya.

Jamaah salat Jumat yang dirahmati oleh Allah Subhanahu Wata’ala.

Setelah bulan Ramadan pergi, datang bulan Syawal sebagai pengganti. Dan di bulan tersebut disyariatkan sebuah ibadah yang berfungsi sebagai penyempurna dari puasa di bulan Ramadan, yaitu puasa enam hari bulan Syawal.

Rasulullah ṣallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits Abu Ayyub al-Anshari:

 

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامُ الدَّهْرِ

 

Artinya:

“Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadan, kemudian di iringi dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seperti puasa sepanjang tahun”. HR Muslim.

Sebuah keutamaan besar dijanjikan oleh Rasulullah, bagi yang menyambung puasa di bulan Ramadan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, yaitu mendapat pahala puasa wajib sepanjang tahun, hal ini disebabkan karena setiap amal ibadah dilipat gandakan pahalanya menjadi sepuluh kali lipat, maka puasa tiga puluh enam hari, sama dengan berpuasa tiga ratus enam puluh hari.

Rasulullah ṣallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

صِيَامُ رَمَضَانَ بِعَشَرَةِ أَشْهُرٍ، وَصِيَامُ سِتَّةِ أَيَّامٍ بِشَهْرَيْنِ، فَذَلِكَ صِيَامُ سَنَةٍ

 

Artinya:

“Puasa Ramadan sama dengan puasa sepuluh bulan, dan puasa enam hari sama dengan puasa dua bulan, maka (semuanya) seperti puasa setahun”. HR Ibnu Khuzaimah.

Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah mengatakan,

 

صِيَامُهَا مِنْ شَوَّال يَلْتَحِقُ بِصِيَامِ رَمَضَانَ فِي الفَضْلِ فَيَكُوْنُ لَهُ أَجْرُ صِيَامِ الدَّهْرِ فَرْضًا

 

Artinya:

“Berpuasa di bulan Syawal berkaitan dengan puasa di bulan Ramadan dalam keutamaan, maka keutamaannya adalah memperoleh pahala puasa wajib selama satu tahun penuh.” Lathaifu al-Ma’arif, hal. 244.

Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah subhanahu wata’ala.

Sesungguhnya dibalik pensyariatan puasa Syawal ada hikmah dan manfaat yang bisa dipetik darinya, diantaranya adalah:

Puasa enam hari di bulan Syawal menyempurnakan pahala puasa Ramadan, yang mana menggenapkan dan menyempurnakan pahala puasa selama setahun penuh, sebagaimana dalam hadis yang telah di jelaskan diatas.

Puasa di bulan Syawal dan di bulan Syakban mirip dengan salat rawatib bagi salat wajib. Dalam salat rawatib ada salat qabliyah dan bakdiyah yang berfungsi sebagai penyempurna dan penambal cacat dan kekurangan bagi shalat wajib, maka Puasa Syawal dan Sya’ban berfungsi sebagai puasa qabliyah dan bakdiyah bagi puasa Ramadan, yang diharapkan dapat menyempurnakan kekurangan puasa Ramadan.

Manusia adalah makhluk yang rentan untuk terjatuh ke dalam dosa dan maksiat, sehingga tidak ada yang dapat menjamin bahwa puasa Ramadan yang telah ia lakukan adalah puasa yang sempurna tanpa cacat, sebab sangat mungkin seseorang terjatuh ke dalam perbuatan dosa tanpa ia ketahui sehingga berpotensi mengurangi pahal ibadah puasanya, maka dengan melaksanakan puasa enam hari di bulan Syawal diharapkan dapat menutupi ketidaksempurnaan puasa Ramadannya.

Menyambung puasa Ramadan dengan puasa Syawal adalah salah satu tanda bagi diterimanya amalan puasa kita di bulan Ramadan, sesungguhnya Allah jika menerima amal ibadah seorang hamba maka akan diberi taufik untuk melaksanakan amalan saleh yang lain setelahnya.

Ibnul Jauzi rahimahullah mengatakan: maksiat yang dilaksanakan setelah maksiat adalah hukuman bagi maksiyat yang ia lakukan, dan (kemudahan melaksanakan) kebaikan setelah kebaikan yang ia tunaikan merupakan pahala bagi kebaikan tersebut.

Ibnu Rajab menukil perkataan ulama salaf: (Diantara) pahala kebaikan adalah kemudahan untuk melaksanakan kebaikan setelahnya.

Melaksanakan puasa Syawal merupakan salah satu bentuk kesyukuran yang kita tunaikan kepada Allah atas kenikmatan yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita, kenikmatan itu adalah diampuninya dosa-dosa orang yang telah melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadan, sebagaimana yang telah diinformasikan oleh Rasulullah ṣallallahu ‘alaihi wasallam dalam haditsnya:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya:

“Barang siapa yang berpuasa dengan penuh keimanan dan mengharap pahala (dari Allah), maka diampuni dosanya yang telah lalu”. Muttafaqun Alaihi.

Dan hal ini yang dicontohkan oleh Rasulullah ṣallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau melaksanakan salat malam sampai kakinya pecah-pecah, ketika istri yang tercinta beliau; Aisyah radhiyallahu ‘anha  bertanya tentang rajinnya beliau melaksanakan salat tersebut, maka beliau menjawab:

أَفَلَا أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا

Artinya:

“Apakah tidak boleh, aku menjadi hamba Allah yang bersyukur kepada-Nya?.”

Ibnu Rajab meriwayatkan bahwa sebagian ulama salaf jika diberi taufik untuk melaksanakan qiyamul lail, maka ia akan melaksanakan puasa di siang harinya, sebagai bentuk kesyukurannya atas taufik Allah baginya, berupa qiyamul lail.

Dan pelaksanaan puasa di bulan Syawal ini juga manifestasi kesyukuran hamba kepada Allah Azza wa Jalla atas taufik yang diberikan kepada hamba-Nya berupa kemampuan untuk berpuasa di bulan Ramadan, tanpa taufik dan bantuan dari Allah niscaya seorang hamba tidak akan mampu untuk berpuasa di bulan Ramadan meskipun cuma satu hari, maka wajib bagi kita untuk mensyukuri kenikmatan tersebut dengan sebaik-baiknya.

 

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيهِمَا مِنَ العِلْمِ وَالْحِكْمَةِ، أَقُوْلُ قًوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ

لِي وَلَكُمْ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

الْحَمْدُ للهِ عَلَىْ إِحْسَاْنِهِ ، وَالْشُّكْرُ لَهُ عَلَىْ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَاْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَاْ إِلَهَ إِلَّاْ اللهُ تَعْظِيْمَاً لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ

أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْدَّاْعِيْ إِلَىْ رِضْوَاْنِهِ صَلَّى اللهُ عَلِيْهِ وَعَلَىْ آلِهِ وَأَصْحَاْبِهِ وَإِخوَانِهِ

 

KHUTBAH KEDUA

Kaum muslimin rahimakumullahu

Diantara hikmah lain yang dapat dipetik dari puasa di bulan Syawal, adalah,

  1. Melaksanakan puasa sunnah di bulan syawal merupakan sarana untuk menjadi hamba Allah yang bertakwa, sesungguhnya ketakwaan seorang hamba akan meningkat seiring banyaknya amal ibadah yang ia laksanakan, apalagi jika ia mampu melaksanakan ibadah yang hukumnya wajib dan ibadah yang hukumnya sunah, dan justru itu akan menjadi penyebab cinta Allah kepada hambanya, Rasulullah ṣallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Allah azza wajalla berfirman,

وَلَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلَ حَتَّى أُحِبَّهُ

 

Artinya:

“Dan tidaklah seorang hamba senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan ibadah-ibadah sunnah, kecuali aku akan mencintainya”. HR. Bukhari.

2. Disyariatkannya puasa enam hari di bulan Syawal menunjukkan bahwa aktifitas ibadah kita tidak berhenti setelah berlalunya Ramadan ataupun ibadah-ibadah yang lain, namun sesungguhnya ibadah terputus jika  ajal telah tiba, sebagaimana firman Allah azza wajalla,

 

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

 

Artinya:

“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kematian kepadamu”. QS. Al-Hijr: 99.

Inilah hikmah-hikmah yang dapat dipetik dengan disyariatkannya puasa enam hari bulan Syawal, semoga Allah memberikan keistikamahan kepada kita sampai ajal menjemput.

 

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰۤىِٕكَتَهُۥ یُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِیِّۚ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَیۡهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسۡلِیمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ . وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ

وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،يَا سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ

                                                    رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا

بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً  إِنَّكَأَنْتَالْوَهَّابُ رَبَّنَا تَقَبَّل مِنَّا وَقِيَامَنَا وَسَائِرَ أَعمَالِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا

إنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ

رَحِيمٌ  اللَّهُمَّ أَعِزَّالْإِسْلَامَا وَ لْمُسلِمِين وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِينَ وَأَعدَاءَكَ يَا عَزِيزٌ يَا قَهَّارٌ يَا رَبَّ العَالَمِينَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

 

Naskah Khutbah Jumat lainnya:

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini