Oleh: Tgk. Ari Azhari (Tgk. Meurah)

MAJELISILMU.COM – Sebelum kita membahas tentang takwa lebih jauh, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu bagaimana yang dimaksud dengan takwa itu. Menurut Sayyidina Ali Karamallahu wajhah pernah berkata:

التقوى هي الخوف من الجليل والعمل بالتنزيل والقناعة بالقليل والاستعداد للرحيل

Artinya:

Takwa itu ialah merasa takut kepada zat yang agung beramal dengan alquran yang diturunkan, puas ( dengan pemberian ) yang sedikit, mempersiapkan diri bagi hari bangkit. kitab At Targhih wa At tarhib lil munzir j : 3, h : 613

Dan menurut khalifah umar bin Abdul-Aziz :

انه ترك ما حرم الله تعالى وادا ما فرض

 

Takwa ialah meninggalkan sesuatu yang Allah haramkan dan menunaikan apa yangah fardhukan شرح تعلم المتعلم ، ص : ٦ ، مكتبة امارة الله سرباي Di dalam kitab tafsir ats saklabi : kasyful bayan ain tafsir Quran dijelaskan:

وقال ابن عباس : المتقي الذي يتقي الشرك والكبائر والفواحش

 

Ibnu Abbas berkata : orang yang bertakwa ialah orang yang mencegah dirinya melakukan kesyirikan, dosa besar dan segala perbuatan keji.

وقال ابن عمر : التقوى ان لا ترى نفسك خيرا من احد

 

Ibnu Umar berkata : orang yang bertakwa ialah orang yang tidak melihat dirinya lebih baik dari pada orang lain.

وقال الحسن المتقي الذي يقول من راه هذا خير مني

 

Imam hasan berkata : orang yang bertakwa ialah orang yang berkata kepada setiap orang yang melihatnya : ini lebih baik dari pada ku. tafsir tsaklabi : al kasyfu wal bayan a’n tafsir Al-Qur’an j : 3 , h : 46 Beralih dari definisi takwa kepada kesulitan yang terdapat di dalam nya. Syekh Ibrahim bin Ismail di dalam kitabnya yang berjudul Syarah Ta’alim Al Muta’alim menjelaskan :

وعن بضهم بين يدي التقوي خمس عقبات لا ينالها من لا يتجاوزهن ايثار الشدة على النعمة

وايثار الضعف على القوة وايثار الذل على عزة وايثار الجهاد على الراحة واثار الموت على الحياة

 

Dari sebagian ulama menerangkan diantara katakwaan itu ada 5 kesulitan. Seseorang tidak akan memperoleh ketaatan jika belum melewati hal tersebut .

Pertama, mendahulukan kesulitan diatas kenikmatan.

Kedua, mendahulukan yang lemah mengalahkan yang kuat. Ketiga, mendahulukan kehinaan atas kemuliaan. Keempat, mendahulukan kepayahan daripada beristirahat.

Kelima, mengedepankan kematian daripada kehidupan. kitab syarah Taalim al Muta’alim h : 6, cet : maktabah imaratillah surabaya.

PENJELASAN

Dari penjelasan diatas disebutkan ada 5 kesulitan yang harus dihadapi oleh siapa saja yang ingin menjadi orang yang bertakwa.

1. Mendahulukan kesulitan diatas kenikmatan Maksudnya adalah bila kita hendak menjadi seorang hamba yang bertakwa, maka kita harus membiasakan diri dengan kehidupan yang sulit. Jangan selalu menjadi orang yang mendambakan berbagai kenikmatan dunia, yang pada ujung nya seseorang yang selalu dalam kenikmatan dunia akan lalai terhadap tugas seorang hamba.

2. Mendahulukan yang lemah diatas yang kuat Artinya, bila kita ingin menjadi hamba Allah yang bertakwa, maka kita harus terbiasa keadaan yang lemah, seperti berpuasa misalnya, hal ini dapat melemahkan jiwa kita, sekaligus sebagai metode untuk melemahkan hawa nafsu, bila kita terbiasa dengan mengkonsumsi banyak makanan, hal ini akan berdampak pada makin kuatnya napsu kita dalam menguasai jiwa kita.

3. Mendahulukan kehinaan ketimbang kemuliaan Maksudnya adalah untuk mampu naik ke tahap seorang hamba yang bertakwa, kita harus terbiasa dalam kehinaan ketimbang kemuliaan. Menganggap diri sebagai manusia yang hina akan membuat kita sadar diri, bahwa kita tidak apa apanya didunia ini. Sehingga kita akan menyembah Allah dengan sebenar benarnya.

Seandainya kita selalu didalam kemuliaan, terkadang kemuliaan itu akan membuat kita lupa, bahwa kemuliaan itu hanyalah titipan dari yang maha Kuasa. Sehingga terkadang sulit memunculkan sifat kehinaan pada diri kita saat hendak beribadah kepada Allah SWT. Bahkan mungkin saja membuat kita lupa, bagaimana caranya memperhambakan diri dihadapan yang maha Kuasa.

4. Mendahulukan kepayahan diatas istirahat. Artinya kalau kita menjadi hamba yang bertakwa, maka kita harus siap bersusah payah dalam beribadah, karna orang yang bermalas-malasan tidak akan sampai diposisi orang yang bertakwa.

5. Mendahulukan kematian diatas kehidupan Orang yang menyadari kehidupan didunia hanyalah bersifat sementara, dan tau bahwa ada kehidupan setelah kematian, ini akan membuat ia bersemangat dalam beribadah. Hal ini dilakukan untuk mengumpulkan sebanyak mungkin amal yang bisa ia dapatkan selama didunia.

Namun akan berbeda ceritanya bila seorang terlalu memprioritaskan dunia, dan akan lebih sibuk mengumpulkan harta untuk memenuhi semua keinginan nya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman agama, yang membuat mereka tidak yakin bahwa akan ada kehidupan yang lebih baik dari pada kehidupan didunia.

Bila seseorang telah melewati 5 kesulitan ini, maka ia akan mendapatkan predikat sebagai seorang yang bertakwa kepada Allah. Namun perlu diketahui, bahwasanya ketakwaan itu memiliki tiga derajat yang berbeda.

Syekh Ibrahim bin Ismail menjelaskan :

والتحقيق أن للتقوى ثلاثَ مراتبَ الأولى التوقي عن العذاب المخلِّد بالتبرؤ عن الكفر وعليه قوله

تعالى ﴿وألْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التقوى﴾ والثانية التجنبُ عن كلِّ ما يُؤثِمَ من فعل أو ترك حتى الصغائر

عند قوم وهو المتعارَفُ بالتقوى في الشرع وهو المعنيُّ بقوله تعالى ﴿ولَوْ أنَّ أهْلَ الكتاب آمنوا

واتقوا﴾ والثالثة أن يتنزه عن كل ما يشغل سره عن الحق جل وعز ويتبتل إليه بكليته وهو التقوى

(الحقيقيُّ المأمورُ به في قوله تعالى ﴿يا أيُّها الذينَ آمَنُواْ اتقوا الله حَقَّ تُقاتِهِ

 

Dan hakikatnya, sesungguh takwa itu ada tiga martabat, yaitu:

Pertama menjaga diri dari azab yang kekal dengan membebaskan diri dari kekufuran. Atas hal ini, Allah berfirman : kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat takwa ( al fath ayat 26 ).

Kedua, Menjauhi setiap pekerjaan yang mengakibatkan dosa atau meninggalkan pekerjaan hingga dosa dosa kecil, menurut satu kaum tingkatan kedua ini yang dikenal dengan ketakwaan menurut syari’at. Dan hal ini yang dikehendaki dalam firman Allah SWT : jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dsn bertakwa ( al A’rof ayat 96 ).

Ketiga, Menjauh dari semua hal yang dapat membutakan hati dari zat yang maha Benar Agung dan Mulia. Dan selalu beribadah kepada Allah dengan semaksimal mungkin. Bagian yang ketiga ini mungkin merupakan takwa yang hakiki seperti yang diperintahkan dalam firman Allah : hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar benar takwa kepada-NYA. (Qs. Ali Imran ayat 102 )

Sumber: Kitab syarah ta’lim al Muta’alim, h : 6, cet : maktabah imaratillah

والله اعلم بالصواب

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini